Kepada Yang terhormat, Tuan yang
berbahagia.
Selamat berbahagia, Tuan. Ini
adalah kata pertama yang aku ingin sampaikan kepadamu. Selamat berbahagia
karena aku yakin saat kau membaca surat ini, aku tahu bahwa kau telah
bersamanya. Seorang wanita hebat. Entah bagaimana caranya kau bisa menemukan
surat ini, karena surat ini telah aku selipkan di beberapa tempat. Apakah kau
menemukan surat ini di laci dalam
lemarinya? Pernah aku taruh di situ, di bawah kotak jam tangan hadiah dari
Ayahnya tiga tahun lalu. Atau mungkin kau menemukan surat ini sebagai pembatas
di salah satu koleksi buku yang dia miliki? Bisa juga karena kau sedang iseng
membuka diarynya. Bagaimanapun caramu mendapatkannya, aku akan bercerita
tentangnya. Kau mungkin mengira kau telah mengetahui segala hal tentangnya.
Namun aku lebih dulu mengenalnya. Aku sedang tidak menyombongkan diri, tapi
sekedar kau tahu ada sedikit perasaan bangga dalam diriku. Aku harap kau tidak
cemburu. Haha. Karena telah menemukan surat, bacalah sampai habis. Sampai titik
tanda baca paling terakhir. Aku sarankan, bacalah tanpa sepengetahuannya karena
menurutku dia tidak akan suka jika kau membaca surat ini di hadapannya. Bisa
jadi malu. Kau akan tahu alasannya.
Selamat berbahagia, Tuan. Dia
adalah wanita menawan. Dia adalah wanita yang terjaga bahkan sebelum sang Surya
menyapa awan. Dia akan berada dalam shaff yang kau imam-kan, menangkupkan kedua
tangan, dan berterima kasih kepada Tuhan karena keberadaanmu dalam senyuman.
Namun, tahukah kau Tuan? Beberapa waktu sebelum kau membaca surat ini, dia juga
pernah terjaga ketika malam. Ditangkupkan kedua tangannya, namun dalam tangis.
Dibahasakan doanya dalam harapan. Agar kelak, ada seseorang yang mengimamkan
sholatnya, yang mengaminkan doanya. Dia pernah putus asa, pernah kecewa, pernah
gundah gulana. Entah, telah berapa rakaat istikharah sampai dia menemukan bahwa
kau adalah jawaban dari doanya.
Selamat berbahagia, Tuan. Dia
adalah wanita perkasa. Dia adalah wanita serba bisa. Dia akan mencairkan
suasana ketika kau ada masalah. Dia akan menghancurkan duka. Dia akan
menciptakan suka. Dia akan mencari perkara dengan mereka yang membuatmu
tersiksa. Dia akan menjaga nama baikmu dengan sekuat tenaga. Dia akan
menunaikan tugasnya dalam rumah tangga. Dia akan menceritakan kisah-kisah
tentang suami dan ayah yang baik sebagai kau tokoh utamanya. Namun, tahukah kau
Tuan? Beberapa waktu sebelum kau membaca surat ini, dia adalah wanita lemah.
Dia pernah mencoba mencinta, namun sia-sia. Dia pernah memulainya dengan orang
yang salah. Dia pernah kembali mencoba, namun terjatuh di tempat yang sama. Entah
berapa air mata yang telah terbuang. Sebagian mungkin masih terkenang. Pernah
kutemukan di lembar al-qur’an, di selimutnya yang berwarna biru awan, dan di
puisinya ketika aku sedang twitter-an.
Selamat berbahagia, Tuan. Dia
mungkin memang bukan wanita sempurna. Namun, dia akan berusaha dengan sepenuh
jiwa. Dia akan mencoba segala cara, agar senyummu tetap terjaga. Maka Tuan, aku
berharap semoga kaulah orangnya. Yang ditunjuk Tuhan sebagai penjaga. Yang
dirahasiakan Tuhan dalam takdirnya. Kini, telah kuberitahukan
beberapa rahasia dan cerita. Aku yakin, Tuan. Bersamamu, dia akan menjadi
wanita paling sempurna.
Sekali lagi,
Selamat berbahagia, Tuan.
Tertanda,
Dia yang dulu.