Minggu, 30 Maret 2014

Surat Untuk Tuan Yang Berbahagia

Kepada Yang terhormat, Tuan yang berbahagia.

Selamat berbahagia, Tuan. Ini adalah kata pertama yang aku ingin sampaikan kepadamu. Selamat berbahagia karena aku yakin saat kau membaca surat ini, aku tahu bahwa kau telah bersamanya. Seorang wanita hebat. Entah bagaimana caranya kau bisa menemukan surat ini, karena surat ini telah aku selipkan di beberapa tempat. Apakah kau menemukan surat  ini di laci dalam lemarinya? Pernah aku taruh di situ, di bawah kotak jam tangan hadiah dari Ayahnya tiga tahun lalu. Atau mungkin kau menemukan surat ini sebagai pembatas di salah satu koleksi buku yang dia miliki? Bisa juga karena kau sedang iseng membuka diarynya. Bagaimanapun caramu mendapatkannya, aku akan bercerita tentangnya. Kau mungkin mengira kau telah mengetahui segala hal tentangnya. Namun aku lebih dulu mengenalnya. Aku sedang tidak menyombongkan diri, tapi sekedar kau tahu ada sedikit perasaan bangga dalam diriku. Aku harap kau tidak cemburu. Haha. Karena telah menemukan surat, bacalah sampai habis. Sampai titik tanda baca paling terakhir. Aku sarankan, bacalah tanpa sepengetahuannya karena menurutku dia tidak akan suka jika kau membaca surat ini di hadapannya. Bisa jadi malu. Kau akan tahu alasannya.

Selamat berbahagia, Tuan. Dia adalah wanita menawan. Dia adalah wanita yang terjaga bahkan sebelum sang Surya menyapa awan. Dia akan berada dalam shaff yang kau imam-kan, menangkupkan kedua tangan, dan berterima kasih kepada Tuhan karena keberadaanmu dalam senyuman. Namun, tahukah kau Tuan? Beberapa waktu sebelum kau membaca surat ini, dia juga pernah terjaga ketika malam. Ditangkupkan kedua tangannya, namun dalam tangis. Dibahasakan doanya dalam harapan. Agar kelak, ada seseorang yang mengimamkan sholatnya, yang mengaminkan doanya. Dia pernah putus asa, pernah kecewa, pernah gundah gulana. Entah, telah berapa rakaat istikharah sampai dia menemukan bahwa kau adalah jawaban dari doanya.

Selamat berbahagia, Tuan. Dia adalah wanita perkasa. Dia adalah wanita serba bisa. Dia akan mencairkan suasana ketika kau ada masalah. Dia akan menghancurkan duka. Dia akan menciptakan suka. Dia akan mencari perkara dengan mereka yang membuatmu tersiksa. Dia akan menjaga nama baikmu dengan sekuat tenaga. Dia akan menunaikan tugasnya dalam rumah tangga. Dia akan menceritakan kisah-kisah tentang suami dan ayah yang baik sebagai kau tokoh utamanya. Namun, tahukah kau Tuan? Beberapa waktu sebelum kau membaca surat ini, dia adalah wanita lemah. Dia pernah mencoba mencinta, namun sia-sia. Dia pernah memulainya dengan orang yang salah. Dia pernah kembali mencoba, namun terjatuh di tempat yang sama. Entah berapa air mata yang telah terbuang. Sebagian mungkin masih terkenang. Pernah kutemukan di lembar al-qur’an, di selimutnya yang berwarna biru awan, dan di puisinya ketika aku sedang twitter-an.

Selamat berbahagia, Tuan. Dia mungkin memang bukan wanita sempurna. Namun, dia akan berusaha dengan sepenuh jiwa. Dia akan mencoba segala cara, agar senyummu tetap terjaga. Maka Tuan, aku berharap semoga kaulah orangnya. Yang ditunjuk Tuhan sebagai penjaga. Yang dirahasiakan Tuhan dalam takdirnya. Kini, telah kuberitahukan beberapa rahasia dan cerita. Aku yakin, Tuan. Bersamamu, dia akan menjadi wanita paling sempurna.

Sekali lagi,

Selamat berbahagia, Tuan.



Tertanda,


Dia yang dulu.