Jumat, 31 Juli 2015

Viva La Cancer!

Teruntuk yang terssssaaaayyyaaanggg ~~~

…Selamat bertambah usia! Untuk segala semoga, aamiinku dan milik mereka mengudara. Untuk segala pencapaian, syukurku sudah sampai duluan. Dan untukNya segala pemilik maha segala, nama kalian kuuntai dalam doa…

Selamat 5 Juli 2015 teruntuk Delima Aniza.

Dua puluh lima tahun yah, Hun? Seperempat abad men! Bukan tua, aku tahu huny lebih suka dibilang dewasa. Haha. Percaya atau gak, huny bahkan sudah lebih duluan dewasa sebelum umur mencapai angka ini. Point penting nih. Hehe. Sebagai seorang wanita  dua puluh lima tahun punya anak satu yang lagi lucu – lucunya (dan akan terus lucu) serta punya suami satu (Alhamdulillah! Satu aja yak hun. Bahahak *ditampar Mas Azmi*) pastik pencapaian paling tinggi dalam hidup yak. Berapa banyak cobak wanita dua puluh lima tahun yang iri sama huny untuk hal hal yang huny punyain. Bukan, aku sama huny Reree gak termasuk dalam list itu kok *tapi nangis diem – diem di pojokan*. Dalam dua puluh lima tahun yang huny punya, aku baru nemenin dalam enam tahun terakhir. Belum lama, tapik aku ngarep terus bertambah. Hehe. Yang kita lewatin uda banyak banget, ketawa, nangis, ngambek, ketawa lagi, nangis lagi abis itu ketawa lagi sampai gila. Gak papa, yang penting kita bahagia. Haha. Untuk huny, doa – doa baik uda aku lemparkan ke langit paling tinggi hun. Semoga ditangkap Tuhan trus dikabulkan. Aamiin. Bahagia terus yaa, Sayang. Yang terakhir, makasih uda ngajarin aku pake eyeliner dari tahun 2010! Muachhhhhhhh!

Selamat 22 Juli 2015 teruntuk Subandi Majid.

Seperempat abad juga yah, Kak? Tua. Yap. T.U.A. Apa? Pengen denger kata dewasa juga? Nowei! :p Selamat mengulang tahun yah, Kak. Untuk semua doa baik yang datang ke kakak, semoga segera diantarkan oleh malaikat ke Maha Pengabul. Aamiin. Untuk pencapaian, keknya gak ada yang bisa nandingin apa yang uda kakak punya. Serius! Dalam hal apapun, kakak udah kayak Yamaha yang selalu di depan. Oke, ini rahasia. Untuk kakak, percayalah dunia akan selalu baik – baik saja.

…Akan. Selalu. Baik baik. Saja…

Yang terakhir, I love Us! *big hug*

Selamat 18 Juli 2015 teruntuk Siti Mutmainna Ayu Thamrin.

Ciye. Kepala dua. Dua puluh tahun! (beranjak) dewasa nih ye ~~~

Makin pinter, makin cantik, makin dewasa,makin sabar,makin disayang sama banyak orang,  makin rajin ibadah, makin kuat imannya, dilancarkan kuliahnya, dimudahkan urusannya, dimurahkan rejekinya, umurnya selalu berkah, sehat terus, dan semua doa – doa baik yang dihambur sama orang sekitar semoga diijabah. Aamiin? Aamiin! Satu aja sih buat kamu, Teng. Kalo cari sahabat yang kayak dua cancer kesayangan aku ituh yah. Dijamin, 50% beban hidup teratasi! Terakhir, mari menikmati masa – masa kita berdua sebelum kedatangan dedek bayi yang akan mengguncang dunia. Rasa sayangku terbagi? Gak mungkin. Namanya, “bertambah”. Kamu juga setuju kan? Ailafyu :*

Kamis, 26 Februari 2015

Teruntuk Peminjam Kata



Barangkali keberadaan surat ini jadi pikiran di benakmu yang penuh dengan keindahan kata. Namun entah bagaimana, rasanya senang membayangkannya. Sebelum mencapai paragraf dua, kukenalkan seorang wanita yang mendadak jadi penikmat rangkaian kata yang kau unggah di sosial media. Icha. Kita bisa memulainya dengan nama, untuk kelanjutan cerita, mari menunggu takdir Tuhan sebagai penentunya.

Mengagumi menjadi salah satu kebiasaanku, Tuan. Tidak apa – apa jika kupanggil Tuan? Secara resmi memang kita belum berkenalan. Aku yang menyapa dan menyebutkan nama duluan. Dari sekian panggilan sopan, kurasa “Tuan” adalah yang paling berkesan. Mungkin alasannya sederhana, biar lebih kepepuisian. Haha, untuk candaanku yang tidak lucu, maafkan.

Kuharap kekagumanku tidak menyusahkan. Jika ternyata mengungkapkannya membuat Tuan tidak nyaman, sekali lagi maaafkan. Entah sejak kapan kepalaku mulai kepikiran tentang surat – surat yang Tuan tuliskan. Tiba – tiba saja kutemukan diriku menjadi kecanduan. Setiap petang seusai adzan, aku akan memulai kebiasaan baruku membuka blog Tuan. Dengan sangat tekun, halaman  demi halaman kubaca pelan. Menyesapi setiap kata yang tertuang, setiap makna yang ingin Tuan sampaikan. Indah sekali, Tuan. Tentang pujian, ini masih kurang menggambarkan dari yang Tuan pantas dapatkan.

Jika tidak salah terka, Makassar adalah kota tempat sekarang Tuan berada. Kota tempatku lahir dan besar sampai remaja. Namun setelah Ayah merasa nafkah mulai susah dicari di sana, beliau memutuskan untuk pindah ke kota Samarinda. Mungkin untuk kali pertama, meskipun masih SD kelas lima aku sudah tahu arti berpisah. Hari itu aku menangisi tetangga, keluarga dan teman sekolah yang tak bisa kuajak ikut pindah. Makassar, kota besar dengan segala hingar bingar, tentang preman yang tersebar. Orang – orang yang kurang berbekal rasa sabar. Aku tidak asal cecar, namun begitulah keadaan penduduk sekitar. Meskipun begitu, aku mencintai kota Makassar. Budaya sopannya mengakar, menandakan mereka juga terpelajar. Sepertinya batas curhat sudah kulanggar. Maafkan aku untuk curhat yang tidak kelar – kelar.

Tuan, surat ini bukan apa – apa jika dibandingkan dengan keahlianmu merangkai kata. Melalui kata yang Tuan sandingkan bersama, bisa tercipta bahagia. Tidak jarang luka. Boleh aku bertanya? Sihir apa yang Tuan pakai di pena sampai bisa membuat dunia maya lebih kucari dari nyata? Beberapa saat setelah #30HariMenulisSuratCinta, fokusku jadi tertuju linimasa @zulkipeputra. Beberapa kali pernah kubaca bahwa rasa sakitlah yang bisa membuat karya melegenda. Ah, aku mengucap seribu doa. Semoga untuk karyamu bukan sakit dalangnya.

Iri sudah pasti pernah. Melihatmu, memahat kata sepertinya mudah. Sementara aku harus menguras otak dan tenaga untuk bisa menghasilkan sebuah karya. Itupun seadanya. Lain dengan milikmu yang nyaris sempurna. Tetapi aku tidak akan menyerah untuk menciptakan karya. Kan yang menjadi tujuan utama adalah menumpahkan segala rasa. Menuangkan cerita – cerita yang kadang kala tidak bisa tercipta di lidah. Indah atau tidak, bukan masalah.

Tuan, betulkah kata yang kau tabur hanya pinjaman? Jika begitu, kapan akan tuan kembalikan? Apa jaminan untuk meminjam kata yang sebegitu indah bukan kepalang? Tolong jangan bilang jika harga yang harus dibayar untuk meminjam adalah kenangan. Kalau memang iya, pasti perihnya tak tertahan.

Tuan, suratku sampai pada paragraf akhir. Jangan cari ide cerita yang terlahir. Sungguh di dalam surat ini hanya tumpahan rasa getir yang muncul karena keahlian mutakhir. Bila nanti aku ada di kota kita, bisakah rasa kagumku dipertemukan dengan pemiliknya? Pinggir pantai losari bisa jadi tempatnya. Tuan juga bisa cerita (atau mengenalkannya padaku) tentang wanita bernama Maneka yang kuyakin cantik parasnya. Doaku mengudara, semoga kalian selalu bahagia. Bersama.

Dariku,
orang perumnas sudiang yang biasa ji kodong tapi mau jadi teman ta’.

Sabtu, 21 Februari 2015

Dua Puluh Tiga Untuk Muhibatul Jannah



Semesta, tahun dua ribu lima belas bulan dua tanggal dua puluh dua.
Untuk yang kami cinta, Muhibatul Jannah.

“Selamat mengulang tahun, Muhibatul Jannah.Kami aamiinkan segala semoga, Kami semogakan semua harap. Kami harap semua diaamiinkan.”

Selamatduapuluhtigatahun, Sayang.

Hari ini doa terbaik untukmu sedang dikumandangkan satu – satu dari seluruh penjuru. Mulai dari Ibu, keluarga, sahabat, teman, sampai handai taulan nun jauh. Tidak satupun yang luput, semoga kau bahagia selalu, rejeki yang terus bertambah, kesehatan yang baik – baik saja serta jodoh yang dipersatukan segera. Nikmatilah, Sayang. Pertambahan usia menandakan semakin banyak yang telah kau lalui, namun semua harus bisa kau atasi. Jika hari kemarin kau pernah berbuat salah ya tidak apa – apa. Kau masih punya kesempatan untuk memperbaikinya.
Selamat dua puluh tiga tahun, Sayang.

Mengikhlaskan memang selalu lebih berat daripada memperjuangkan. Alasan itulah yang menjadi patokan kenapa beberapa orang lebih suka berlama – lama dengan rasa sakit. Tapi ingat, jika mengikhlaskan memang sebegitu berat bukankah hasilnya jauh lebih hebat? Tidakkah kau pikir begitu? Ah, mungkin aku saja yang sok tau. Seperti katamu, aku wanita yang pandai berbicara namun tak bisa merealisasikannya. Tunggu, kenapa ini tentangaku? Ini kan harimu. Maaf.

Selamat dua puluh tiga tahun, Sayang.

Aku sebagai teman yang datang dari enam tahun silam selalu merasa diberkahi dengan kehadiranmu di sisi. Tentu teman yang lain juga merasakan hal yang sama. Kehadiranmu di setiap cerita memberi arti yang berbeda. Semangatmu untuk menjadi penyemangat kami selalu tidak pernah salah dalam setiap langkah. Meskipun kebiasaan selfiemu terkadang membuat kami pusing, tapi tidak mengurangi rasa kasih kami terhadapmu. Tahun ini mungkin tidak ada kejutan, hanya sekotak kado yang datang dari hati paling dalam. Tentu saja doa dan harapan mengalir deras sejak semalam. Semoga yang terbaik dikabulkan Tuhan ya, Sayang.

Selamat dua puluh tiga tahun, Sayang.

Bahagialah dengan caramu sendiri. Bahagialah dengan apa yang kau miliki dan apa yang ingin kau capai. Bahagialah sampai akhir umurmu nanti. Sambut dua puluh empat mu dengan suka cita. InsyaAllah, tahun ini nikah. Haha.
 
Dari Kami-Mu.

Tamu Tak Diundang



Apa kabar Kak Rahne? Semoga kakak dan keluarga selalu baik – baik saja. Maafkan saya ya kak yang gak bisa bikin surat – surat puitis seperti pengagummu yang lain. Hehe. Kakak pasti sudah biasa menerima surat cinta. Saya adalah pengagum kesekian yang menulis surat untuk kakak. Meskipun begitu, saya harap kakak sempat untuk membacanya. Kenalkan, saya Icha. Salah satu pengagum dari tweet, blog, soundcloud dan buku kakak. Untuk pujian, saya rasa kakak sudah sering mendengar ataupun membacanya. Tapi beneran deh saya selalu karya yang kakak hasilin. Nilai seninya (yang dinilai dari orang awam seperti saya) sangat tinggi sekali. Saya selalu menemukan hal berbeda dari apa yang kakak hasilkan dan yang orang lain hasilkan (bolehkan karya disebut sebagai “hasil”?). Dari pemilihan kata, sudut pandang dan juga pemikiran. Duh, maafkan saya jika sok tau ya, Kak. Kekaguman saya bertambah ketika bertemu langsung dan mengetahui bahwa kakak ternyata pribadi yang hangat. Nah, pertemuan ini yang saya ingin jelaskan.

Kak, sebenernya saya di sini mau minta maaf dan melakukan pengakuan dosa yang saya sudah lakuin ke keluarga kakak baru – baru ini. Maafkan saya yang baru sempat meminta maaf sekarang. Tenang kak, ini tidak termasuk dalam level kejahatan yang tinggi sih cuma tetap saja saya merasa sangat gelisah jika belum meminta maaf. Jadi gini, beberapa waktu lalu ketika pernikahan Kak Kharis dan Kak Irma sedang berlangsung kakak pasti ingat bahwa ada dua orang wanita yang menghampiri kakak dan tiba – tiba mengajak kenalan. Dan minta tanda tangan. Dan Foto bareng. Dan ngajak ngobrol. Itu saya dan teman saya. Kedatangan kami ke sana sebenarnya sebagai tamu yang tak diundang. K Yak, tidak ada undangan resmi yang datang pada saya ataupun teman saya untuk menghadiri pernikahan Kak Kharis dan Kak Irma pada hari itu. Semua berasal dari keisengan saya main – main hape temen saya dan tidak sengaja melihat display picture kontak bbm temannya teman saya yang berupa undagan pernikahan Kak Kharis dan Kak Irma. Duh, ini sedikit ribet ya, Kak. Sebelumnya, temennya temen saya yang kebetulan adallah teman SMP Kak Irma sudah konfirmasi ke Kak Irma kalau kami mau datang. Dan Kak Irma berbaik hati sekali memperbolehkan kami datang. Tapi tetap saja saya rasa pada hari itu kami datang sebagai tamu tak diundang. Atau mungkin lebih tepatnya tamu yang maksa ingin diundang. Tapi kami gak makan kok kak. Kami cuma sempat ngambil souvenir. Dua buah. *digeplak* Dan, saya juga mau minta maaf sama Kak Kharis juga Kak Irma karena acaranya didatangi oleh tamu tak diundang :( Dan kesalahan terbesar saya, saya bahkan tidak menyempatkan bersalaman dengan mereka dipelaminan karena terlalu sibuk dan  heboh nyariin kakak di antara undangan yang hadir. Namun doa yang baik - baik saya panjatkan tulus untuk kebahagian mereka berdua. Aamiin.

Sebelumnya saya juga sudah menimbang baik buruknya serta adat istiadat yang akan saya langgar jika saya datang sebagai tamu tak diundang, namun saya bisa apa jika orang yang saya kagumi sedang berada di satu kota dengan saya? Saya benar – benar dibutakan oleh rasa kekaguman, Kak. *Halah* Jangan anggap saya semacam “fans yang mengerikan” yah, Kak. Saya follow kakak dari 2011. Dan semenjak itu saya juga menyadari bahwa sebenernya saya suka menulis. Suka kak, bukan berarti bisa. Hehe. Sejak itu juga saya rutin sekali update isi tumblr kakak. Dan mencoba belajar menulis. Dari menulis saya sadar bahwa ada hal – hal yang gak bisa diomongkan dengan kata ternyata jauh lebih baik jika ditumpahkan dengan tinta. Oke, saya mulai sok tau lagi. Hehe.

Sekian dulu ya, Kak. Saya harap saya dimaafkan. Nanti, kalau ke Samarinda lagi saya janji ajak jalan – jalan. Ngg, kalau kakak mau. Hehe.

Salam hormat saya,
Icha.