Minggu, 29 Januari 2012

Cinta


“Tetap mencinta meski Tuhan berbeda."
Sebuta inikah cinta?

“Tetap mencinta meski berkelamin sama."
Setidak logis inikah cinta?

“Tetap mencinta meski dunia tidak lagi sama."
Sesetia inikah cinta?

“Tetap mencinta meski dia tidak suka."
Sekeras kepala inikah cinta?

“Tetap mencinta meski tak satu selera."
Setoleransi inikah cinta?

“Aku pernah mencinta. Dia juga sama. Kami satu rasa, namun akhirnya dia menyerah. Dia bilang, dia pasrah. Dia bilang dia kalah. Dia bilang, sudahi saja. Lalu kemana cintanya? Hilang begitu saja? Atau memang tak pernah ada?”

“Aku pernah mencinta. Dia juga sama. Dia mencintai jiwa yang di sana. Yang tak lagi di dunia. Dia menyebutnya setia. Lalu kutanya, jika dia lelah, siapa yang menyeka keringatnya? Lalu kutanya, jika dia sedang gelisah, siapa yang menenangkannya? Lalu kutanya, jika dia pesimis, siapa yang menangis?”

“Aku pernah mencinta. Dia juga sama. Dia mencintainya yang telah berdua. Dia bilang tidak masalah. Dia bilang inilah sesungguhnya cinta. Dia bilang memang beginilah seharusnya. Dia bilang, dia rela. Aku bilang, dia gila.”

“Siapa bilang cinta tak harus memiliki? Kalau begitu, untuk apa mencinta? Membuang2 energi saja.”

“Siapa bilang cinta butuh pengorbanan? Kau tidak kasian melihat dia berkorban setengah mati untuk mendapatkanmu? Dimana hatimu? Kalau memang tidak mau, biarlah dia berlalu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar