Minggu, 29 Januari 2012

Tentangmu Bagiku

Sebenarnya kita sudah satu rasa, tapi kamu masih mengeja dalam jeda yang kau namakan “hingga”. Ia, kamu bersembunyi di dalam waktu.

Pertahankan saja logikamu. Acuhkan kata hatimu, sampai sembilu berlalu dalam liku. Sampai malu mengucap syahdu. Sampai kau menyesal dulu.

Kelak, waktu akan mentertawakan apa yang kau bawa hari ini. Ia, keangkuhanmu.

Mungkin saja rinduku yang tak menguatkanmu, atau mungkin saja kepalamu yang terlalu batu. Mungkin saja..

Pernahkah kau tahu, aku selalu menunggu? Pernahkah kau rasa aku berurai air mata? Kurasa tidak. Kau terlampau jauh dengan gurauanmu.

Kau bilang biarkan takdir yang mengetuk palu, tetapi mengapa kau enggan mencoba sendu? Nyanyikan ritme dalam galau, lalu ku buai kau dengan rindu.

Entahlah, kau yang terlalu keras kepala atau aku yang kelewat memuja.
Kita pernah bertemu dalam satu rasa, namun kau gundah. Kau ucapkan sudah.

Aku pernah mengeluh, dan tentu terasa pilu menunggu kau luluh.

Kini kita menunggu, dalam waktu yang sungguh terlalu haru. Kudendangkan satu rindu untukmu. Selalu..
Seperti mewarnai, aku kehilangan merah itu. Lalu ku tutupi saja dengan merah muda. Lagi, aku mengagungkanmu. Marah jadi kasmaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar