Untuk wanita –
wanitaku,
Saya tahu kalian
akan bereaksi sungguh sangat amat dramatis ketika menerima link surat yang saya
kirim ini. Bacalah. Jangan sok sibuk.
Untuk Pecinta
surga, MJ.
Kamu gimana?
Masih dilemanya? Sayang, hidup itu tentang memilih. Dan dalam pilihan, tidak
ada yang benar ataupun salah. Setelah memilih, tahapan selanjutnya adalah
menjalani. Meskipun dalam proses perjalanan kamu merasa pilihan kamu sebelumnya
ternyata bukan pilihan yang tepat, jangan takut. Bisa diperbaiki. Membuat kesalahan
itu manusiawi sekali. Jangan takut membuat kesalahan. Jangan takut menjadi
”manusia”. Tentu, seorang perfeksionis seperti kamu akan sulit sekali menerima
tanggapan saya, tidak apa – apa. Debat yang membuat kita bisa
bersahabat. Sayang, apapun yang kamu pilih nantinya, entah itu berjalan baik
atau mungkin tidak (saya tahu kamu akan ketok – ketok meja abis ini) saya hanya
ingin kamu tahu. Kamu adalah salah satu perempuan hebat. Sayang, kamu hanya
cukup memilih, sisanya biar Tuhan yang mengatasi. Sayang, kamu hanya cukup
sedikit berani, sisanya bisa kita cari jalan keluarnya lagi. Sayang, kamu hanya
cukup senyum tiga jari, jika memang ada mas – mas yang akhirnya tidak kamu nikahi,
disyukuri dan cepatlah cari calon baru lagi. Sayang, pilih dan jalani. Memang,
mungkin di masa depan nanti ada beberapa kesalahan yang minta diperbaiki, dan
mungkin juga di masa depan ada hal yang akan kamu syukuri sekali. :) Yang terakhir. Sayang, kurang – kurangilah
selfie.
Untuk Ibu dari
Alvaro, MS.
Kamu gimana?
Masih gorjesnya? Beb, kita selalu setuju bahwa untuk bersama tidak hanya butuh
cinta. Di umur lebih dari dua lima yang menjadi alasan menikah bukan cuma
tentang saling cinta. Ada kulkas yang harus diisi, ada popok yang harus dibeli, ada banyak baju yang harus jadi koleksi, ada banyak sepatu yang harus
ditaruh di lemari, ada banyak tempat yang harus dikunjungi. Saya tahu kamu
perempuan kuat, meskipun kamu tidak bisa narik mobil pake gigi namun saya tahu
kamu wanita tangguh. Kamu tahu apa masalahmu? Tidak pernah mengeluh. Mengeluh
itu manusiawi. Jangan takut menjadi “manusia”. Beb, sesekali menangislah di
depanku. Mengeluhlah di telingaku. Agar aku tahu, apa yang bisa aku bantu. Ah,
tapi mungkin untuk beberapa waktu ini tidak perlu. Kamu terlihat sedang bahagia
– bahagianya. Saya turut ayah ke kota mengendarai kuda supaya baik jalannya berbahagia.
Dengan kamu, saya belajar menjadi lebih pecun dewasa, bahwa sah adanya
wanita harus punya “kelas”nya. Bahwa sah adanya wanita harus bisa mencintai
dirinya. Terima kasih. Yang terakhir, kurang – kurangilah flirting.
Untuk Ibu dari
Deeba, DA.
Kamu gimana?
Masih bahagia kan? Dan harus. Hun, sudah lama sekali rasanya kita tidak
bercerita tentang hidup masing – masing. Meskipun saya tahu, sekarang langit
dunia kamu sedang terang – terangnya. Semenjak kelahiran malaikat cantik, Deeba
(siapa gitu nama lengkapnya, maafkan onti Nak) hidup kamu dan suami jauh lebih
bahagia. Dan makin jauh bikin lebih iri. Hun, sejak kamu dinikahi oleh pria
bertanggung jawab nan sholeh nan perkasa nan setia itu saya menjadi merasa
kehilangan. Biasanya, jika ada masalah saya akan mencari kamu untuk cerita.
Namun sekarang, tampaknya “tempat sampah” saya diambil olehnya. Tidak, saya
bukan tidak suka. Saya hanya…oke, iri. Hun, rajin – rajinlah ajak saya ngemol.
Saya bisa kok gendong Deeba. Saya kangen dipilihin eyeliner yang bagus, kangen
disaranin sepatu yang cocok sama warna kulit kaki saya, kangen makan bareng
kaepsi, mekdi ataupun junk food lainnya. Setelah baca surat ini, bbm saya yah.
Kita bisa gosipin MJ dan MS. *diketok*. Sayang, kamu selalu saja cantik
meskipun dengan pipi yang tumpah tumpah ataupun lemak diperut yang melimpah
ruah :”). Yang terakhir, kurang-kurangilah buka onlen syop……sendiri. Ajak saya
juga. Tetep.
Untuk calon
pengantin yang belum tau nanti nikah sama siapa, RAR.
Kamu gimana?
Masih nunggu? Eh. Aduh. Sayang, menunggu memang membutuhkan waktu. Kamu mungkin
orang yang paling sabar yang pernah saya kenal. Tidak banyak orang yang tahan
untuk menunggu. Apalagi, dengan ketidakjelasan apa yang ditunggu akhirnya akan
menjadi milik kita atau tidak. Aduh. Saya bukan mempengaruhi kamu,
tapi…berpikirlah. Sudah yah, bahaya kalau saya terlalu banyak ngomong. Saya
cuma mau bilang, belakangan ini kamu jadi lebih cantik. Pasti banyak yang
naksir deh. Duh, ke arah sana lagi. Saya kangen kamu. Sayang, jangan takut
meninggalkan. Saya pernah baca di mana gitu kalau “bahagia tidak hanya bisa
didapatkan dengan bersama orang yang tepat namun bahagia juga bisa didapatkan
dengan meninggalkan orang yang salah.” Duh kan. Sudah yah. Yang terakhir,
kurang – kurangilah minum susu tobeli. Umur dua enam uda bukan masa
pertumbuhan. *kemudian disantet*
Wanita –
wanitaku, berbahagialah dengan cara masing – masing. Jangan lupa untuk
tersenyum tiap hari, jangan lupa pula untuk menangis sesekali. Menangis tidak akan membuatmu rugi, anggap saja ada mata yang harus dicuci agar bisa dipakai untuk melihat lebih jelas lagi.
Wanita - wanitaku, mari bersatu membentuk barisan yang kukuh. Menjadi orang - orang yang bisa saling mengandalkan. Yang terakhir, saya butuh pacar. Carikan.