Tidak seperti puisi yang berirama,
Kita serasi yang tidak ada.
Aku suka puisi, padanya aku bebas berekpresi.
Mengutukmu lalu mencinta kembali tanpa merasa risih.
Seperti buku yang lama tidak terbaca, hati kita adaalah
lembaran – lembaran kering penuh makna. Dan pikiran yang terlalu lambat menua.
Kita pernah sangat merindu, lalu memakai sepatu buru – buru
dan ingin saling bertemu. Ah ya, di bawah lampu meja lantai satu, kau pertama
kali mengecupku. Malu – malu.
Sekarang, kita tidak lagi kita. Kita tidak lagi satu kata.
Kita tidak lagi sama pinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar