Kau terduduk lesu di atas kursi bagus,
Yang direbutkan oleh orang – orang rakus.
Di bawahnya, kaki kursi ditegakkan oleh
penjilat.
Oleh mahluk yang nantinya akan
berkhianat.
Kau kenakan topeng dengan senyum manis,
Kemudian berlari depan jurnalis.
Meneriakkan janji manis, membawa artis
yang erotis.
Sedang di rumah, sejak beberapa bulan
lalu isi kulkas telah habis.
Dari Sungai Pinang sampai Bontang,
Semua laporan keuangan kau hidangkan.
Dari rupiah – rupiah yang kerontang.
Hingga pajak yang nihil dihitungkan.
Larilah negeriku. Selamatkan dirimu.
Berdoa yang banyak, kini setan sudah
bertingkah.
Sadarlah negeriku. Tunjukan kuasamu.
Coblos yang layak, agar masa depan bisa
cerah.
Tinggalkan sejarah untuk anak cucu,
Supaya kelak mereka masih bisa menyusu.
Pada Ibu negri yang memilih,
Untuk mengabaikan amplop putih.
Yang terselip dalam bilik berpenghuni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar