Jumat, 07 November 2014

CKB Core Values Warehouse Store 67



Jumat, 26 September 2014 masih sama seperti hari – hari sebelumnya. Biasa saja. Televisi masih heboh dengan prosesi Raffi – Gigi, pemerintah masih berusaha mengekang demokrasi, dan ada klub bola yang sudah lama tidak menang akhirnya melakukan selebrasi.
Tapi, tidak untuk kota Samarinda. Hari itu, semesta sedang tidak bersahabat. Tidak hanya dengan Peterpan yang sudah bubar *sahabat peterpan keleus*, tetapi juga dengan cuaca di sekitar daerah CKB Samarinda. Awan sampai berwarna abu-abu seperti warna bulu tikus parit. Sedangkan angin berhembus kencang sekali, bahkan beberapa baliho calon kepala daerah yang menjamin diri mereka tidak akan korupsi, ikut tumbang.
Akhirnya, semesta mencapai klimaks pada jam 15.00 wita. Hujan turun dengan “deras bingits” seperti kata anak – anak muda jaman sekarang. Gak cuma itu saja, dewa hujan ternyata juga mengajak dewa angin dan dewa petir untuk ikut serta. Sore itu, bumi etam menjadi ramai sekali.
Beberapa karyawan CKB Samarinda sudah kalang kabut memikirkan bagaimana mereka menempuh perjalanan pulang, ada yang memeriksa kesediaan jas hujan di jok motor, ada yang akhirnya memutuskan pulang setelah hujan reda, dan ada juga yang minta dijemput mantan yang kebetulan searah.
Tapi nampaknya, staff di warehouse store 67 sama sekali tidak perduli dengan hal itu. Mereka tetap bergumul di antara selving – selving, ada beberapa yang sedang mendorong troli, beberapa lainnya bekerja sama baik dengan kardus dan isolasi sementara beberapa lainnya terlihat memamerkan muka tegang di depan computer sambil berdiskusi. Saya sebagai pemerhati dari ruang yang kebetulan bisa dengan jelas melihat seluruh kegiatan mereka, mendadak mengingat slogan “ICEPAT”. Tidak, ini tidak sesederhana yang para pembaca pikirkan.
Dari sini saya melihat, betapa mereka sangat menjunjung tinggi Accountability atau tanggung jawab yang mereka punya. Ketika beberapa orang lainnya sibuk memikirkan bagaimana cara untuk pulang, mereka terlihat sangat tidak perduli. Yang ada dipikiran mereka adalah bagaimana barang sampai ke customer tepat waktu. Dan itu tergambar jelas dari keseriusan mereka bekerja.
Tidak lama kemudian, listrik untuk bagian warehouse mati. Alhasil, alat penerangan merekapun terganggu. Mendadak, seseorang di samping saya yang namanya ingin disamarkan sebagai Bandi, menelepon dan “Pak Edy, tolong cek ruang panel untuk listrik di warehouse yah. Soalnya lampu mereka mendadak mati. Terima kasih, Pak.” Teamwork. Bahkan, sebelum diminta langsung oleh bagian Warehouse, bagian GA sudah lebih dulu mengkonfirmasi dan mencoba mencari tahu kerusakan yang terjadi.
Saya sempat menoleh ke dalam warehouse ketika lampu mereka padam. Penerangan mereka hanya dibantu cahaya dari luar yang melewati sekat – sekat pintu dan dinding bangunan. Otomatis, safety vest mereka memancarkan sinar. Dan mendadak, kegantengan mereka meningkat 100% tanpa perlu sholat jum’at dulu. Safety vest  mereka yang bersinar, namun muka mereka yang bercahaya. Halah. Keseriusan dan kefokusan mereka menyelesaikan pekerjaan mengingatkan kita pada salah satu core value CKB yaitu Excellence. Bahwa keterbatasan, yang dalam hal ini ada di point penerangan tidak menyurutkan niat mereka untuk menjadi unggul.
Selang  10 menit, lampu di warehouse kembali menyala. Tidak ada ekspresi kegembiraan ataupun lega di wajah mereka. Yang ada hanya kefokusan mereka menjadi semakin matang, menjadi semakin serius. Tangan, kaki, badan serta pikiran mereka ikut bekerja. Menjadikan tujuan menyatu, yaitu pengembangan secara berkelanjutan. Continuous development tentu tidak bisa dilihat dari satu aspek dan satu tindakan saja melainkan sikap yang kontinyu atau berkelanjutan. Dan menjaga kinerja tanpa menjadikan faktor kekurangan sebagai alasan untuk berhenti. Luar biasa sekali untuk warehouse store 67. *standing applause
Akhirnya jam pulang kantor pun tiba. Saya beranjak dari tempat saya, mencoba menyusun ceceran kertas – kertas pekerjaan di atas meja. Bersiap untuk pulang, namun saya sempatkan kembali menegok warehouse, ternyata tidak satupun dari mereka yang terlihat sedang bersiap – siap untuk pulang. Saya mendadak malu pada semut merah, pada rumput yang bergoyang dan pada sikap integritas mereka yang sangat kental seperti susu kaleng cap bendera. Saya urungkan niat saya untuk pulang dan melanjutkan kegiatan saya memerhatikan manusia – manusia agung yang ada di warehouse.
Saya yakin, mereka pasti tidak menyadari bahwa hari ini mereka telah menunjukkan kepada saya apa yang dimaksud dengan “Integrity”. Seperti potongan artikel yang ada di postingan portal CKB yang meraih komentar terbanyak yaitu “Integritas merupakan kekonsistenan seseorang dalam berkomitmen pada nilai-nilai positif dan prinsip-prinsip yang telah dipegang dan disepakatinya.”. Mereka benar – benar menunjukkan kepada saya (yang saya harap bisa juga ditunjukkan kepada para pembaca) bahwa integritas lahir dari sikap jujur, rendah hati, dan menginspirasi orang sekitar dengan kekonsistensian mereka menerapkan nilai positif tersebut.
Akhirnya, semesta berhenti mengamuk dipukul 17.45 wita. Seperti sudah berdamai, dewa hujan, dewa angin dan dewa petir memutuskan untuk ’’pelan –pelan saja” seperti lagu band yang bernama Kotak. Dewa hujan menurunkan rintik kecil – kecil dengan anggun sedangkan dewa angin memutuskan meniupkan udara dingin secara lembut yang membuat saya jadi kangen kehangatan selimut. Dan pacar. Yang kebetulan sudah jadi pacar orang lain. Halah. Sementara dewa petir mungkin sedang cuti.
Tepat pukul 17.55, para manusia – manusia agung keluar dari warehouse tanpa menunjukkan mimik bahwa mereka baru saja berjuang meningkatkan core values dari dalam diri mereka masing – masing. Satu persatu, mereka mulai menuju parkiran dan memanaskan mesin motor. Di parkiran, ada yang dijemput, ada yang ngarep diantar pulang, ada yang pengen pulang bareng tapi gak berani ngajak, ada juga yang gak tau mau ngapain. Ok, maaf ternyata itu hanya bungkus kosong bekas chiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar