Untuk Mas yang antah berantah.
Mas, jika itu kamu…
Aku masih di kamar yang sama. Tempat tidur dengan seprai
hijau muda. Ada rak buku di sebelahnya. Dan lemari kayu yang kubeli dari gaji
pertama.
Aku berharap kelak akan pindah ke kamar baru. Yang dihiasi
dengan nuansa biru. Seprai tim bola favoritmu. Mungkin MU. Lemari kita akan
diisi dengan barang – barangku. Sementara milikmu, hanya dua laci atau bahkan
satu.
…
Aku masih di rumah sama. Setiap pagi bangun masih suka –
suka. Jika ingin berangkat kerja akan cium tangan orang tua. Kalau sempat yaa akan
sarapan seadanya.
Aku berharap nanti akan pindah rumah. Bangun pagi sebelum
matahari menyapa. Berdiri di belakangmu jadi makmum yang setia. Setelahnya, aku menyiapkan
sarapan di meja makan kita.
…
Aku masih jadi anak yang pelupa. Pelupa bahwa aku harus di
rumah sebelum malam jam dua. Uang jajan pun masih minta.
Namun aku ingin melahirkan anak yang berbakti. Yang akan selalu
aku dekap tiap pagi. Yang akan kuusahakan supaya bisa berprestasi. Yang akan
kita banggakan depan orang – orang nanti. Yang selalu kita sayangi.
…
Untuk lelaki yang sampai saat ini masih mencari, aku di
sini. Sedang mempersiapkan diri lebih baik lagi. Lekaslah bertamu, ada puluhan
ribu rindu di sebelahku. Yang menunggumu. Mari segera bertemu.
Dari Mbak yang rumahnya depan Pasar Dayak.
Nggak bosen nih baca suratnya, kalo udah suka jadi nyaman :)
BalasHapus