Minggu, 08 Februari 2015

Aku dan Puluhan Ribu Rindu

Untuk Mas yang antah berantah.

Mas, jika itu kamu…

Aku masih di kamar yang sama. Tempat tidur dengan seprai hijau muda. Ada rak buku di sebelahnya. Dan lemari kayu yang kubeli dari gaji pertama.

Aku berharap kelak akan pindah ke kamar baru. Yang dihiasi dengan nuansa biru. Seprai tim bola favoritmu. Mungkin MU. Lemari kita akan diisi dengan barang – barangku. Sementara milikmu, hanya dua laci atau bahkan satu.


Aku masih di rumah sama. Setiap pagi bangun masih suka – suka. Jika ingin berangkat kerja akan cium tangan orang tua. Kalau sempat yaa akan sarapan seadanya.

Aku berharap nanti akan pindah rumah. Bangun pagi sebelum matahari menyapa. Berdiri di belakangmu jadi makmum yang setia. Setelahnya, aku menyiapkan sarapan di meja makan kita.


Aku masih jadi anak yang pelupa. Pelupa bahwa aku harus di rumah sebelum malam jam dua. Uang jajan pun masih minta.

Namun aku ingin melahirkan anak yang berbakti. Yang akan selalu aku dekap tiap pagi. Yang akan kuusahakan supaya bisa berprestasi. Yang akan kita banggakan depan orang – orang nanti. Yang selalu kita sayangi.


Untuk lelaki yang sampai saat ini masih mencari, aku di sini. Sedang mempersiapkan diri lebih baik lagi. Lekaslah bertamu, ada puluhan ribu rindu di sebelahku. Yang menunggumu. Mari segera bertemu.


Dari Mbak yang rumahnya depan Pasar Dayak.

1 komentar: