Surat ini usang. Kemungkinan
besar akan kamu temukan di laci lemari dekat bagian pakaian dalam. Surat ini
mesin waktu yang akan bercerita tentang masa lalu.
Mbak, apa kabarmu? Sudah meniqa?
Haha. Selera humormu masih sama? Menikah dengan siapa? Setau saya secara fisik
yang kamu inginkan adalah lelaki kulit hitam manis dan berkumis tipis ditambah
dengan postur tegap dan perutnya buncit sedikit. Apakah pria yang kamu nikahi
adalah dia yang rajin kamu bikinkan puisi? Atau mungkin salah satu dari pilihan
dari Pak Thamrin dan Ibu Nuryanti? Yang jelas, kamu bersumpah tidak akan
menikah dengan lelaki berkulit putih, berpostur tinggi dan berkawat gigi. Siapapun,
Selamat. Semoga dilimpahkan berkah dalam keluarga, dan dikaruniai anak yang
sholeh – sholehah.
Dan bagaimana dengan sahabat -
sahabatmu? Masih sering ketemu dengan geng yang isinya orang – orang gila itu? Siapa
namanya gengnya? Ah ya, Death Eaters. Berisikan orang – orang yang menghisap
kebahagian sekitar. Jika memang masih, pasti mereka sekarang sudah tua – tua.
Mungkin ada yang minus matanya nambah, ada yang memutuskan pindah kerja, atau
juga ada yang telah pindah ke luar negeri supaya bisa menikah, mungkin ada yang
akhirnya menikah dengan pilihan orang tuanya, atau mungkin ada juga yang sudah
menjanda. Innalillah. Apapun, semoga kalian semua tetap bersama.
Tiga puluh menit sebelum saya
menulis surat ini, kamu sedang berada di kantor C.K Bahari. Dengan dering
telepon yang tak berhenti, dan OB yang duduk di depanmu dengan tingkah ngebossy membaca Koran hari ini, hujan
turun pelan – pelan. Dari kejauhan, kamu bisa melihat motormu yang masih nyisa
satu bulan cicilan dipindahkan satpam karena truk kantor yang mau bongkar
muatan.
Kamu berpikir, “kapan bisa resign?”. Ingin melanjutkan
sekolah atau pindah kerja di tempat lain. Kamu menganggap bahwa gaji di sini
tidak sesuai dengan kemampuan yang kamu miliki. Kamu menganggap bekerja di sini
tidak membuatmu puas secara materi. Kamu menganggap hidup si OB ngebossy lebih beruntung dan bikin iri.
Kamu hari ini mungkin tidak mensyukuri apapun yang telah diberi.
Mbak, hari ketika saya menulis
surat ini mungkin belum menjadi awalmu untuk melangkah. Namun saya harap kamu
sekarang sudah jauh melalang buana. Kuingatkan lagi, ada mimpi yang ingin
sekali kamu gapai. Sudah ke negara – negara ASEAN? Sudah lanjut kuliah? Sudah
kerja sesuai dengan passion? Sudah ketemu dengan presiden? Sudah pakai jilbab
syar’i? Atau paling gak, hal – hal kecil seperti : “Sudah bisa berenang?” atau
“ Sudah bisa main gitar?” atau “Sudah bisa nahan untuk gak jajan camilan?” atau
“Sudah bisa tidur tanpa menutup mata dengan lengan?”
Mbak, jika memang belum,
berubahlah. Melangkah. Gapai mimpi yang ingin kamu digapai, pergi ke tempat
yang yang ingin kamu kunjungi atau bilang cinta ke orang yang kamu kasihi. Jangan
sama seperti hari ini. Suka tapi cuma diam dan sembunyi.
Mbak, segini dulu. Ada nafas yang harus saya atur karena baru saja
ditegur oleh lelaki yang pandai bersyukur.
Kembali membaca surat yang membuatku takjub :)
BalasHapus