Jumat, 13 Februari 2015

Kepada yang (masih) tersayang

Kepada yang (masih) tersayang, Annas.
di – pelukan wanita lain.

Hi, Nas. Apa kabar kamu? Baik kah? Semoga yah. Sampaikan salamku kepada Ibu dan Ayahmu yang tidak pernah kutemui karena kita terlanjur berpisah itu. Bagaimana harimu? Masih selalu risih jika berpakaian tidak rapi? Hehe.

Beberapa waktu lalu kita sempat bertemu di mall baru, kamu dengan teman kantormu dan aku dengan lelakiku. Lelaki yang pernah kamu cemburui dulu. Lelaki yang tidak mendapat restu ibuku. Lelaki yang saat ini hubungannya tidak jelas denganku. Ah. Maafkan aku yah, dulu sempat membohongimu.

Di surat ini, selain rindu ada juga sesal yang harus kamu tahu. Beberapa tahun dulu, aku memang pernah membohongimu. Itu karena rasaku belum tumbuh. Waktu pendekatan yang terlalu singkat membuatku belum bisa mengenalmu dengan baik. Dan rasaku pada lelakiku juga belum hilang sepenuhnya. Ketika memutuskan untuk setuju dekat denganmu, mungkin aku hanya untuk mencari pelarian baru. Entahlah, akupun ragu. Untukmu, ini bisa saja alasan untuk balikan kan? Kalo emang iya, terus kenapa? Ah. Tapi yasudahlah, gak ada gunanya membahas yang dulu – dulu. Tidak akan merubah keputusanmu.

Nas, aku masih sering kepoin kamu. Selalu cemburu dengan cerita dan wanita barumu. Harusnya ada aku di ulang tahunmu beberapa waktu lalu. Tapi tak apa, doapun sudah cukup kurasa. Nanti, jika kita ketemu lagi, mari duduk lebih lama di kedai kopi. Bercerita ngalor ngidul sana – sini. Tentang rasaku yang belum selesai. Atau tentang rasa kamu yang sudah tak ada lagi.

Nas, sudah dulu. Jika kita dipertemukan lain waktu, kamu pura – pura saja tidak tahu kalau aku masih salting. Haha.

Salam, MHJ.

Perempuan yang ibunya masih sering nanya – nanya tentang kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar