Kepada yang (masih) tersayang, Annas.
di – pelukan wanita lain.
Hi, Nas. Apa kabar kamu? Baik
kah? Semoga yah. Sampaikan salamku kepada Ibu dan Ayahmu yang tidak pernah
kutemui karena kita terlanjur berpisah itu. Bagaimana harimu? Masih selalu
risih jika berpakaian tidak rapi? Hehe.
Beberapa waktu lalu kita
sempat bertemu di mall baru, kamu dengan teman kantormu dan aku dengan
lelakiku. Lelaki yang pernah kamu cemburui dulu. Lelaki yang tidak mendapat restu ibuku. Lelaki yang saat ini hubungannya tidak jelas denganku. Ah.
Maafkan aku yah, dulu sempat membohongimu.
Di surat ini, selain rindu ada
juga sesal yang harus kamu tahu. Beberapa tahun dulu, aku memang pernah membohongimu.
Itu karena rasaku belum tumbuh. Waktu pendekatan yang terlalu singkat membuatku
belum bisa mengenalmu dengan baik. Dan rasaku pada lelakiku juga belum hilang
sepenuhnya. Ketika memutuskan untuk setuju dekat denganmu, mungkin aku hanya untuk
mencari pelarian baru. Entahlah, akupun ragu. Untukmu, ini bisa saja alasan untuk balikan kan? Kalo emang
iya, terus kenapa? Ah. Tapi yasudahlah, gak ada gunanya membahas yang dulu –
dulu. Tidak akan merubah keputusanmu.
Nas, aku masih sering kepoin
kamu. Selalu cemburu dengan cerita dan wanita barumu. Harusnya ada aku di ulang
tahunmu beberapa waktu lalu. Tapi tak apa, doapun sudah cukup kurasa. Nanti,
jika kita ketemu lagi, mari duduk lebih lama di kedai kopi. Bercerita ngalor
ngidul sana – sini. Tentang rasaku yang belum selesai. Atau tentang rasa kamu
yang sudah tak ada lagi.
Nas, sudah dulu. Jika kita
dipertemukan lain waktu, kamu pura – pura saja tidak tahu kalau aku masih
salting. Haha.
Salam, MHJ.
Perempuan yang ibunya masih sering nanya – nanya tentang kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar