Sabtu, 14 Februari 2015

Teruntuk Keduaku

Teruntuk keduaku:

Semua cinta untuk kamu sudah saya ungkapkan melalui kata, mata serta doa. Apa yang terlewat? Sudah pernah melalui pesan singkat, surat – surat bahkan kecupan hangat hingga yang hebat. Untukmu, cinta tak pernah habis. Meski saya terkadang menangis dari tingkahmu yang egois tapi rasa itu tak pernah terkikis. Bahkan tidak setelah saya mengucap janji setia bersama seorang lain kamu. Pertamaku. Mereka pernah bilang kita pernghianat. Padahal kita hanya dua orang yang hatinya sama – sama terikat. Perkara bertemu, kenapa mereka tidak salahkan waktu?

Keduaku, bukan saya tidak lagi mencinta. Maafkan saya yang tidak bisa membantah orang tua. Maafkan saya yang menuruti kata mereka untuk menikah dengan dia. Maafkan saya untuk janji – janji yang tidak saya tepati. Keduaku, pilihan saat itu sulit sekali. Saya disuruh berbakti atau angkat kaki dari rumah dan pergi.

Demi cinta yang hidup sampai akhir masa, kamu adalah jiwa yang saya harapkan akan dipertemukan lagi di Surga. Dengan restu sang Esa, tentu saja bisa. Kita tidak kekal di dunia, namun tak apa. Untukmu saya bisa menunda bahagia sampai akhir dunia.


Keduaku, maaf. Saya tidak dapat memilih kata yang tepat untuk mengakhiri kalimat. Biarlah kaki surat yang menjadi isyarat.


Salam,
Wanita yang dalam bahaya mengingkari janjinya karena sudah berbahagia dengan yang pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar