Rabu, 11 Februari 2015

Tentang Onde - onde dan Kamu



Mas Dimas, salam kenal. Saya Icha salah satu dari dua puluh enam ribu followersmu. *salaman*

Mas Dimas, terima kasih yang banyak sekali saya untuk Mas karena sudah menjadi tukang pos baik hati yang meluangkan waktu untuk membaca surat – surat yang terkadang cuma curhat. Semoga kamu sehat adalah salah satu doa saya setelah sholat. Mas Dimas, saya selalu kagum padamu. Tidak hanya tweet-tweetmu namun juga dari isi blogmu. Kamu itu seni, Mas. Bahkan kata “Selokan” saja bisa jadi puisi. Apalah saya ini? Dibanding kamu saya hanya butiran wijen di onde – onde. Kamu tahu, Mas? Wijen di onde – onde itu selalu ada di luar kulit namun tidak pernah disebut dalam pujian rasa. Yang mereka hanya selalu bilang adalah “Onde – ondenya enak. Kacang hijaunya manis.” Atau “Onde – ondenya enak. Adonannya pas.” Gak ada yang pernah memuji seperti “Onde – ondenya enak. Wijennya bagus (?)” Mas, saya gak paham kenapa saya ngomongin onde – onde sampai sepanjang ini, saya mungkin hanya mengulur waktu untuk mendapat perhatianmu. Maafkan surat yang menyita waktumu ini, Mas. Gathering nanti saya sudah pasti tidak bisa datang. Namun saya berdoa semoga kita dua – duanya berumur panjang agar bisa ketemu di surat akan datang, dalam sebuah perjalanan, atau bisa saja kamu jodoh saya yang masih di tangan Tuhan. Duh, maafkan.

Mas Dimas, sudah dulu. Surat berikutnya sudah menunggu. Sehat dan bahagialah dalam waktu yang lama.

Tertanda,
Icha yang seumuran sama kamu.

1 komentar: